24/07/19

Siren [ Σειρῆνας ] Peri Laut Biru

Siren atau “Seirenes” atau Naga Siren (bahasa Yunani : Σειρῆνας) adalah makhluk legendaris yang hidup di lautan. Ia termasuk kaum Naiad (salah satu kaum Nymph yang hidup di air) yang tinggal di sebuah pulau yang bernama Sirenum Scopuli.



Dalam beberapa tradisi yang berbeda, mereka tinggal di tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Sirenusian dekat Paestum, atau di Capreae, dimana semuanya merupakan lokasi tempat-tempat yang dikelilingi oleh batu karang dan tebing.


Mereka suka bernyanyi dan melantunkan lagu-lagu yang sangat memikat hati pendengarnya. Hal ini membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai, sehingga kapal mereka akhirnya menabrak karang, lalu tenggelam.

Menurut legenda, Siren adalah puteri-puteri Achelous (dengan Terpischore, Melpomene, atau Sterope) atau Porchys. Mereka adalah teman bermain Persephone (Kore atau Cora) semasa kecil, ratu dunia bawah. Persephone ialah putri dari Demeter dan Zeus, serta istri Hades, sang penguasa dunia bawah.


Sumber seperti “The Homer” mengatakan, mereka berjumlah sekitar antara dua atau lima orang. Namun, jika sumber-sumber yang ada dikumpulkan, maka jumlah mereka ada sembilan orang. Nama-namanya, adalah sebagai berikut :

* Aglaophonos atau Aglaope
* Leucosia
* Ligeia
* Molpe
* Parthenope
* Pisinoe atau Peisinoë
* Raidne
* Teles
* Thelxiepia atau Thelxiope atau Thelxinoe

*****

Pada mulanya di Yunani, Siren dilukiskan sebagai burung berkepala besar dengan kaki bersisik, kadang-kadang seperti bayangan hantu seekor singa. Mereka dilukiskan pula sebagai sosok wanita berkaki burung, dengan atau tanpa sayap, memainkan alat musik, khususnya “Harpa”.


Ensiklopedia abad ke-10, “Suda” menerangkan, bahwa wujud Siren dari dada ke atas menyerupai Burung Gereja, dan badan bagian bawah adalah wanita, terkadang dilukiskan pula, seperti burung kecil berwajah wanita.



Penggambaran mereka berwujud burung dipilih, karena mungkin dari kelebihan mereka, yakni memiliki suara yang merdu. Di masa berikutnya, Siren pun dilukiskan sebagai wanita cantik, bahkan seperti puteri duyung.


Dalam beberapa bahasa, seperti : Spanyol, Perancis, Italia, Polandia, dan Portugis, kata yang digunakan untuk merujuk pada puteri duyung adalah “Siren”, “Sirena”, “Syrena”, atau “Sereia”. Yang membingungkan lagi adalah terjemahan, antara “puteri duyung” dan “Siren” (mitologi), karena pada bahasa Inggris, “Siren” tidak selamanya berarti “puteri duyung”.




***

Pada kisah Odyssey, terdapat hikayat pertemuan dengan para Siren. Diceritakan, bahwa pada saat Odysseus harus melewati pantai berkarang yang dihuni oleh para Siren, ia menyuruh seluruh awak kapalnya untuk menyumbat telinga mereka dengan lilin, agar tidak mendengar suara para Siren yang mampu menghanyutkan hati.


Ia pun ingin agar dirinya diikat pada tiang dengan tidak menyumbat telinga, karena penasaran ingin mendengar nyanyian para Siren tersebut. Ketika akhirnya ia mendengar suara merdu milik para Siren, lalu ia berontak serta memerintahkan awak kapalnya untuk melepaskan tali yang mengikat dirinya di tiang kapal.

Namun, para awak kapalnya menolak perintah tersebut. Ketika kapal mereka sudah menjauh dari Siren, Odysseus menjadi tenang kembali seperti semula, baru kemudian awak kapalnya membebaskannya (Odyssei XII, 39).


Pertemuan dengan para Siren pun, diceritakan pula pada petualangan Jason, Argonautica. Chiron memperingatkan Jason, bahwa Orpheus kelak akan sangat berguna dalam perjalanannya.

Ketika Jason dan kapalnya melewati pantai berkarang yang merupakan markas habitat para Siren, Orpheus mendengar suara mereka yang sangat merdu. Lalu, ia pun memainkan harpa dengan nyanyian yang lebih merdu daripada nyanyian para Siren. Karena merasa kalah, para Siren menceburkan diri mereka ke laut.

*****