SCP Foundation

SCP Foundation - фиктивная организация, задокументированная одноименным арт-проектом на веб-сайте, созданная на территории вымышленного SCP Foundation, Природоохранные организации и локации, ответственная за обнаружение и удержание объектов.

Creepypastas

Creepypasta este o legendă sau o imagine de groază copiată și lipită pe internet. Aceste intrări pe internet sunt deseori menite să sperie cititorii. Poveste paranormală simplă creată de utilizator Ei ucid Kill și conține povești groaznice despre evenimente din altă lume

urban legends

これは都市伝説のリストです。都市伝説、神話、または物語は、民俗学の現代的なジャンルです。それは通常、気味の悪いもの、迷信、クリプティッド、クリーピーパスタ、その他の恐怖を生み出す物語の要素に関連する架空の物語で構成されています。都市伝説は、しばしば地元の歴史と大衆文化に根ざしています。

Live or die. Make your choice [Billy the puppet]

Билли, механическая кукла-живот, которую использовал Джон Крамер, известен как «убийца головоломок» [франшиза «Пила»), который неоднократно использовался на протяжении всей игры, чтобы рассказывать жертвам о головоломке, которая отключает смертоносные правила и инструкции, которым нужно следовать. выжить, выжить или умереть сделай свой выбор

I'am mad scientist! Hououin Kyouma

シュタインズ・ゲートの物語は秋葉原で行われ、過去にテキストメッセージを送信できるデバイスに電子レンジをカスタマイズした友人のグループについてです。

26/02/21

Muhammad Kasim Arifin [Seorang Mahasiswa yang Disambut Bagai Pahlawan Saat Wisuda]

 [Seorang Mahasiswa yang Disambut Bagai Pahlawan Saat Wisuda] 

Dia masih menjadi mahasiswa IPB saat menghilang lima belas tahun silam di Pulau Seram, Maluku. Dia kembali ke kota hanya dengan sandal jepit dan baju lusuh. 


Tapi, dia disambut bak seorang pahlawan yang baru saja kembali dari medan laga. 


Dia dielu- elukan segenap penjuru.Kisahnya menitikkan haru. 


Dia diabadikan dalam puisi. 


Dia seperti sungai yang tak henti mengalirkan inspirasi.


Hari itu, 

22 September 1979 di Hotel Salak, Bogor. Lelaki berkulit legam itu dikelilingi teman-temannya. 

Dia hanya mengenakan sandal jepit. Temannya membawakan sepatu dan jas untuknya. 

Dia menolak memakainya. Namun, temannya bersikeras. 

Lelaki itu, Muhammad Kasim Arifin, serupa anak yang hilang. 

Dia yang lahir di Langsa. Aceh, 18 April 1938 itu adalah mahasiswa yang kembali setelah 15 tahun silam.


Teman- temannya sudah lama sarjana dan banyak yang sudah menjadi pejabat. 

Kasim hanya seorang petani yang bersahaja. 

Tapi dia justru jauh menjulang namanya dibandingkan semua orang.

Tahun 1964, dia hanya seorang mahasiswa biasa yang mengikuti Program Pengerahan Mahasiswa, yang sekarang bernama Kuliah Kerja Nyata.

Di masa itu, mahasiswa harus siap ditempatkan di pelosok negeri. Kasim mendapat lokasi di Waimital, Pulau Seram, Maluku.


Dia pun mendatangi daerah terpencil itu sebab didorong hasrat untuk membumikan semua pengetahuannya. 

Di Waimital, dia bertemu keluarga petani miskin yang datang melalui program transmigrasi.

Nuraninya terketuk. Dia ingin berbuat sesuatu. 


Dia menanggalkan semua identitas kota pada dirinya. 

Dia memakai sandal jepit dan baju lusuh. 

Dia ikut menemani petani yang berjalan kaki 20 kilometer menuju sawah. 

Dia melakukannya setiap hari dan bolak-balik. 

Dia membantu petani untuk mengolah tanah. 

Diajarkannya pengetahuan yang didapatnya di kampus IPB.Dia membantu masyarakat untuk membuka jalan desa, membangun sawah baru, membuat irigasi. 

Dia tidak menunggu bantuan dari pemerintah. 

Dia membangkitkan semangat masyarakat untuk bergotong-royong.Kasim peduli pada petani lebih dari dirinya sendiri. 

Dia pun mendapat kasih sayang dari semua orang.

Dia disapa Antua, sebutan bagi orang yang dihormati di Waimital. 


Kasim begitu larut untuk membantu masyarakat, sampai-sampai dia lupa pulang.


Seharusnya dia di Waimital hanya tiga bulan. 

Tapi dia merasa tugasnya belum selesai. 

Bahkan saat semua teman-temannya pulang, dia tetap menjadi petani. 

Bahkan semua temannya telah diwisuda, dia masih setia di kampung itu. 

Hingga semua temannya lulus dan menjadi pejabat, dia tetap memilih di kampung itu hingga 15 tahun.Di Aceh, orang tuanya memanggil. 

Dia tak bergeming. Bahkan Rektor IPB, Profesor Andi Hakim Nasution, memanggilnya kembali, dia masih juga tak bergeming. 


Tak kurang akal, Rektor IPB lalu mengutus Saleh Widodo, seorang teman kuliah Ķasim, untuk menjemputnya di sana. 

Dengan berat hati, Kasim bersedia ke Jakarta, lalu Bogor, hanya dengan sandal jepit dan baju lusuh.Kampus memanggilnya untuk menyelesaikan studi. 

Kasim sejatinya tak butuh gelar akademik, tapi dia tak kuasa menolak permintaan teman-temannya. Dia mengaku tidak sanggup membuat skripsi.

Teman-temannya berinisiatif untuk merekam kisahnya di Waimital untuk diajukan sebagai skripsi. 

Dia bercerita selama 28 jam. 

Temannya mencatat cerita itu dengan mata basah. 

Semua terharu. Kasim adalah potret manusia yang melampaui dirinya. 


Dia bukan seperti kebanyakan orang yang hanya berpikir untuk kuliah lalu bekerja, mengumpul harta, kemudian hidup bahagia.

Dia menemukan bahagianya dengan cara lain. 

Saat dia melihat petani tersenyum, hatinya mekar. 

Selagi senyum itu belum hadir, dia akan menganggap tugasnya jauh dari kata selesai. 

Dia lebur bersama masyarakat. 


Mulanya dia datang sebagai Kasim, mahasiswa IPB yang penuh pengetahuan. 

Setelah 15 tahun, dia menjadi bagian dari masyarakat.

Dia tak lagi ingin sesegera mungkin lulus, kemudian menyandang toga dan bekerja di instansi pemerintahan. 

Dia ingin membantu semua petani untuk sejahtera melalui tindakan memuliakan bumi, menghargai lumpur, lalu mengolah tanah-tanah pertanian. 

Dia mencintai tunas yang tumbuh lalu mekar jadi tanaman.

Hari itu, Kasim memasuki gedung IPB untuk wisuda. 

Mulanya dia ragu-ragu dan takut melihat banyak orang berdatangan, Semalaman dia tak bisa tidur di Hotel Salak karena pendingin udara dan suara bising di jalanan.Di acara wisuda, 

dia ingin duduk di kursi belakang. 


Namun begitu dia datang, 

semua orang berdiri dan bertepuk tangan. 

Dedikasinya membuat banyak orang merinding. 

Dia adalah insinyur pertanian paling istimewa, paling menyentuh hati, dan paling menjulang dibandingkan yang lain.

Lelaki muda itu tetap Kasim yang bersahaja. 


Bahkan setelah wisuda pun, dia kembali ke Waimital demi meneruskan kerja-kerjanya.

Setelah beberapa waktu, barulah dia menerima pinangan Universitas Syiah Kuala, Aceh, untuk menjádi dosen di sana hingga pensiun pada tahun 1994. 

Di Waimital, namanya selalu harum, bahkan diabadikan menjadi nama jalan.Di tahun 1982, Kasim mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah untuk jasa-jasanya membangun masyarakat desa déngan wawasan lingkungan hidup.

Kasim yang tidak gila pada penghargaan, "membuang" kalpataru itu di bawah kursi dan meninggalkannya begitu saja, hingga akhirnya seseorang mengantarkan kalpataru itu ke rumahnya. Bahkan penghargaan pun bukan menjadí tujuannya.

Ketika mendapat tawaran untuk study banding ke Amerika serikat, dia menolak. "Untuk apa saya harus ke Amerika yang punya tradisi pertanian berbeda dengan disini?" Katanya.


Dia selalu menjadi Kasim yang menginspirasi. 

Kisah hidupnya ditulis ke dalam buku berjudul Seorang Lelaki Dari Waimital yang ditulis Hanna Rambe di tahun 1983, dan diterbitkan Sinar Harapan.

Seusai pensiun, dia tetap di Aceh dan menjadi aktivis lingkungan. 


Di masa kini, betapa sulitnya menemukan anak muda yang masih idealis seperti dirinya.


Anak muda hari ini berlomba-lomba untuk masuk dunia bisnis, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, lalu masuk ke lingkaran istana, entah sebagai staf milenial atau sebagai staf menteri. Bahkan para akademisi muda bermimpi jadi dirjen, staf khusus menteri, atau jadi pejabat di BUMN.


Kasim adalah oase yang serupa mata air selalu menjadi telaga inspirasi yang tak mengering.


Saat dia diwisuda di tahun 1979, salah seorang rekannya penyair Taufiq Ismail, menulis puisi yang mengharukan tentang Kasim.

Salah satu baitnya berbunyi:

Dari pulau itu, dia telah pulang

Dia yang dikabarkan hilang

Lima belas tahun lamanya

Di Waimital, Kasim mencetak harapan

Di kota kita mencetak keluhan

Dan kemarin, di tepi kali Ciliwung aku berkaca

Kulihat mukaku yang keruh dan leherku yang berdasi

Kuludahi bayanganku di air itu karena rasa maluku

Ketika aku mengingatmu, Sim

Di Waimital engkau mencetak harapan

Di kota, kami...

Padahal awan yang tergantung di atas Waimital, adalah

Awan yang tergantung di atas kota juga

Kau kini telah pulang

Kami memelukmu.



https://sosok.grid.id/amp/412247844/keenakan-kkn-sampai-lupa-daratan-mahasiswa-ipb-habiskan-waktu-sampai-15-tahun-untuk-jadi-petani-di-desa-pulang-pulang-langsung-dapat-gelar-insinyur-pertanian?

24/02/21

Story of salem : the witch town

Salem merupakan sebuah kota yang terletak di Massachussets, Amerika Serikat. Kota ini berdiri pada tahun 1629. Di tahun 1941, Salem menjadi bagian dari Koloni Inggris. 

Karena hal itulah, aturan Inggris juga diberlakukan di kota ini.Salah satu aturan yang diterapkan adalah pelarangan praktik sihir. 


Aturan tersebut telah membuat sekitar 150 warga kota Salem kehilangan nyawa. Ratusan orang warga Salem yang dituding telah melakukan praktik sihir ditangkap, diadili, dan dihukum dengan kejam. 


Padahal, tudingan tersebut dilontarkan tanpa bukti yang akurat.


Kisah pembantaian ratusan warga Salem berawal dari percekcokan Martha Goodwin dan Goode Glover di tahun 1688. Setelah itu, Martha beserta keluarganya menderita penyakit aneh. 


Goode pun menjadi tertuduh dan ditangkap. Ia dianggap telah melakukan praktik sihir terhadap keluarga Martha Goodwin.Setelah ditangkap, seorang pendeta bernama Cotton Mather memaksa Goode untuk mengakui perbuatannya. 


Apabila Goode tidak mengakui perbuatannya, ia akan dijatuhi hukuman gantung.Hukuman belum dilaksanakan, tetapi malah terjadi hal yang aneh. 


Wajah dan tubuh Goode berubah menjadi menyeramkan. Hal ini diduga sebagai akibat praktik sihir.Di tahun 1692, kejadian yang sama menimpa banyak gadis, sebut saja Abigail Williams, Elizabeth Parris, dan Putnam Jr. 


Pada pertengahan Februari 1692, dokter pun mengatakan bahwa penyakit aneh tersebut disebabkan sihir.


Pada Mei 1692, karena banyaknya tuduhan terkait sihir, akhirnya dilakukan pengadilan terbuka di Salem. 


Ratusan orang dihukum dengan cara dipenjarakan, digantung, dan ada juga yang dibakar hidup-hidup. Lima tahun berselang, pengadilan kota mengakui kesalahannya karena telah menangkap dan menghukum ratusan orang tanpa bukti yang jelas.



Peristiwa kejam ini dikenal sebagai The Salem Witch Trial. 


Untuk mengenangnya, dibuatlah sebuah museum yang diberi nama The Salem Witch Museum. 


Di museum ini, pengunjung akan merasakan kembali sensasi kota Salem di tahun 1692.


Kota Salem kini menjadi kota tujuan wisata. 


Di sana masih terdapat sebuah rumah milik Hakim Jonathan Corwin, salah satu hakim dalam peristiwa The Salem Witch Trials. 


Rumah tersebut diberi nama The Witch House.

World War One : Henry Tandey Reichskanzler

 “Saya tidak suka menembak orang yang terluka. Kalau saja saya tahu dia bakal menjadi apa. Sewaktu saya menyaksikan semua lelaki, perempuan, dan anak-anak yang ia bunuh dan lukai, saya meminta ampun pada Tuhan karena telah membiarkan ia hidup.”


Demikianlah pernyataan Henry Tandey, mantan veteran Perang Dunia Pertama, pada tahun 1940 ketika ia menyaksikan kota tempat ia tinggal luluh lantak oleh serangan udara Lutwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada peristiwa Battle of Britain.



Siapa “ia” yang Tandey maksud?Untuk menjawab pertanyaan ini, kita kembali pada tanggal 28 September 1918 di sebuah daerah dekat desa Marcoing, Perancis Utara. Tandey bertugas di resimen Green Howards. 


Pada bulan September, peleton Tandey tertahan oleh serangan senapan mesin. 


Tandey pun harus merangkak untuk mencari tahu dimana posisi pos senapan mesin tersebut agar pos senapan mesin tersebut dapat dibungkam oleh rekan-rekannya.


Di seberang terdapat garis pertahanan Jerman yang diisi oleh 16th Bavarian Infantry. 

Diperkirakan pada momen itulah Tandey berpapasan dengan seorang prajurit dalam keadaan terluka yang sedang melarikan diri. 


Tandey cepat mengangkat senjatanya dan mengarahkan kepada prajurit Jerman yang terluka itu. 


Prajurit Jerman tersebut diam dan pasrah seakan merasa bahwa inilah akhir hidupnya.


Melihat keadaan prajurit Jerman yang terluka dan kuyu tersebut, hati Tandey tergerak oleh belas kasihan. 


Ia menurunkan senapannya dan membiarkan prajurit Jerman itu pergi. 


Sebelum pergi, prajurit Jerman itu menganggukkan kepalanya kepada Tandey tanda ia berterimakasih.


Tindakan yang dilakukan Tandey sendiri adalah bentuk kemanusiaan. 


Suatu sikap ksatria di tengah perang yang brutal. Tapi tindakan ksatria itu akan disesali oleh Tandey seumur hidupnya.


Prajurit Jerman yang tidak jadi ia tembak itu adalah Adolf Hitler.



Bagaimana Tandey dapat mengetahui bahwa prajurit Jerman yang tidak jadi ia tembak itu adalah Adolf Hitler?


Hal ini bermula pada tahun 1938 ketika Perdana Menteri Inggris saat itu, Neville Chamberlain melakukan kunjungan kenegaraan ke Jerman untuk menemui H1tler di kota Munich.


Pada saat berkunjung ke rumah peristirahatan Hitler di Bavaria, Chamberlain tertarik akan sebuah lukisan yang tergantung di tembok rumah tersebut.


Lukisan itu sendiri merupakan lukisan repro dari karya asli yang dibuat oleh seniman Italia, Fortunino Matania. 


Lukisan itu sendiri berlatar belakang pada pertempuran Ypres tahun 1914 dengan Henry Tandey yang sedang menggendong rekannya yang terluka di punggung menjadi objek dari lukisan tersebut.

Chamberlain bertanya kepada Hitler apa hubungan lukisan ini dengan dirinya. Hitler menjawab, “orang itu pernah hampir membunuhku sehingga aku merasa tidak akan pernah melihat Jerman lagi. Tapi ia tidak membunuhku dan membiarkan aku pergi.”


Hitler juga pada kesempatan itu menyampaikan permintaan kepada Neville agar menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada Tandey. 


Ketika tiba kembali di Inggris, Neville memerintahkan stafnya untuk mencari keberadaan Tandey. Setelah didapat, Neville menghubungi Tandey dan menyampaikan salam dan ucapan terimakasih dari H1tler atas tindakan ksatria yang dilakukan Tandey pada tahun 1918.


Tandey tentu tidak pernah mengira bahwa budi baiknya akhirnya membawa bencana bagi Eropa dan dunia saat itu. Hitler yang tidak jadi ditembak oleh Tandey di kemudian hari, bersama dengan Partai Nazi, menjadi penguasa Jerman dan memicu Perang Dunia Kedua yang lebih menghancurkan ketimbang Perang Dunia Pertama.


Tandey pensiun dari dinas kemiliteran pada tahun 1926. 


Ia adalah pahlawan perang pada Perang Dunia Pertama yang dianugerahi medali Victoria Cross, Distinguished Conduct Medal, dan Military Medal. Ia pindah ke Coventry, Tandey meninggal pada tahun 1977 pada usia 86 tahun. 


Abu dirinya dikubur di British Cemetery di Marcoing, Perancis, berdekatan dengan rekan-rekannya yang gugur di desa tersebut dan tidak jauh dari tempat dimana ia mengampuni nyawa Hittler.

https://www.bbc.com/news/uk-england-28593256?

https://www.jambi-independent.co.id/read/2017/04/30/13070/kisah-henry-tandey-prajurit-inggris-yang-mengampuni-nyawa-hitler?

21/02/21

Prasasti Merneptah


Dalam Sejarah bangsa Israel di dalam kisah Yahudi dan Kristen, 

di kisahkan bahwa bangsa Israel di perbudak di Mesir, 

lalu YHWH (Yahweh) memerintahkan Nabi Musa ( Ibrani : Mosheh) untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. 


(Eksodus) Terdapat bukti sejarah , bahwa bangsa Israel berada di tanah Kanaan , 

berikut informasinya tentang prasasti Merneptah.


Pada prasasti Merneptah (1210 SM), tercatat bahwa Merneptah, Raja Mesir, menyombongkan diri bahwa ia telah menghancurkan para musuhnya di tanah Kanaan. 


Ia mengatakan: “Dikalahkan Kanaan dengan segala kejahatannya; Ashkelon dikalahkan; Gezer dikuasai, Yanoam dibuat seperti tidak pernah eksis; Israel dihancurkan/ dibiarkan sia-sia, namun keturunannnya tidak. 


Kata ‘Israel’ di sini ditulis di dalam bahasa Mesir yang artinya adalah bangsa dan bukan tanah. Ini menunjukkan bahwa bangsa Israel tidak mempunyai raja ataupun kerajaan pada saat itu. 


Pada saat itu yang berkuasa adalah para hakim-hakim. Teks ini juga menyimpulkan bahwa Israel adalah bangsa yang kuat seperti halnya kota- kota lain yang disebutkan di sana, dan bukan hanya suku bangsa yang kecil jumlahnya [sebagaimana diperkirakan oleh sebagian orang, bahwa eksodus tidak melibatkan banyak orang Israel]


https://www.katolisitas.org/unit/adakah-bukti-sejarah-yang-membuktikan-kebenaran-peristiwa-keluarnya-eksodus-bangsa-israel-dari-mesir/?fbclid=IwAR1X1fdZBSZBMBzV63oFwhJAKPwPhjd7EYyhRsh80MI21fL7sdXMsCeDWDc