Catatan buat Admin: Baca dulu sampai akhir, di kalimat paling akhir saya mengajak agar agama tidak ditinggalkan.
Saya sendiri atheis yg sudah mualaf
Sains dan atheisme baru
Catatan pendek Wawan Setiawan
Saat ini, atheisme mulai berkembang lumayan pesat, terutama setelah adanya internet, media yang sangat mudah diakses bagi semua manusia.
Atheisme zaman sekarang memang agak berbeda dengan atheisme zaman kuno, terutama atheisme zaman Yunani dimana filsuf Demokritus ataupun Epicurus mengkonsep tentang atomisme, apa saja yang ada di alam semesta adalah tersusun oleh atom atom yang berinteraksi saja.
Atheisme juga berkembang pesat di eropa di era Enlightenment, perkembangan atheisme sangat tertopang oleh filsafat empirisme yang dikonsepkan oleh David Hume, George Berkeley maupun John Locke.
Empirisme merupakan salah satu paham bahwa pengetahuan manusia berasal dari empiris atau 5 indera manusia.
Setelah era empirisme, science dan logika modern mulai mengadopsi filsafat ini, sehingga kebenaran akan adanya tuhan harus bisa dibuktikan secara empiris atau panca indera.
Hal ini membuat banyak pemikir enlightenment menjadi atheis ataupun agnostik.
Salah satu bapak Atheisme abad 18 adalah Ludwig Feuerbach yang mengatakan “bukan tuhan yang menciptakan manusia, namun manusialah yang menciptakan tuhan”.
Feuerbach kemudian juga mengembangkan paham “materialisme” mengembangkan dari pemikiran Demokritus dan Epicurus tentang atom berkembang ke monism materialisme.
Monism merupakan filsafat yang mempercayai bahwa antara brain dan mind itu satu entitas, filsafat ini untuk menolak filsafat dualisme yang mempunyai pandangan bahwa manusia mempunyai tubuh fisik dan juga ruh yang bersemayam di otak manusia.
Salah satu pengusung pemikiran ini adalah Descartes yang pernah mengucapkan “cogito ergo sum” atau “aku berpikir maka aku ada”.Namun perkembangan neurosains, membuktikan bahwa monism benar, bahwasanya secara sains manusia hanya punya otak dan kesadaran, dan kesadaran tersebut bisa ada karena ada hardware otaknya.
Didalam catatan saya, atheisme modern ini tak lepas dari 3 hal utama didalam sains :
1. Bigbang, atau theory penciptaan alam semesta.
Dari Prof. Peter Higgs yang mengkonsep Higgs Boson sampai ke Prof. Stephen Hawking merupakan atheis yang mempercayai alam terbentuk tanpa ada campur tangan tuhan
2. Evolusi.
Konsep evolusi, terutama dari Charles Darwin dan Wallace mendorong kemajuan sains terutama rekayasa genetika.
Namun masalah evolusi ini, sebenarnya sudah pernah dibahas oleh ilmuwan moslem Al-Jahiz dengan bukunya Al-Hayawan.
Dengan theory evolusi ini membuat manusia lebih mempercayai bahwa asal usul manusia berasal dari evolusi daripada ciptaan Tuhan
3. Neuroscience.
Nuerocience ini memperkuat pemikiran monism, bahwa semua mind atau kesadaran manusia merupakan produk otak atau brain semata.
Neurocience berkembang pesat, salah satu implementasinya adalah di bidang Artificial Intelligence.
AI dikembangkan dari cara neural network manusia sehingga AI saat ini menjadi “Machine Learning” yang sangat mumpuni.
Saat ini tercatat, hampir semua saintis papan atas adalah atheis.
Namun bagi saya pribadi, fanatik kepada salah satu pemikiran baik sains atau agama hanya akan menyebabkan kesombongan baru semata.
Science memang penting bagi ilmu pengetahuan, tapi sains tidak mengajarkan tentang ethic, moral, dan spiritual.
Ludwig Feuerbach sang maestro atheisme dari Jerman mencoba mendaratkan agama, Feuerbach mengatakan bahwa “the essence of christianity is the essence of human feeling”.Di disisi lain, Richard Feynman, fisikawan yang juga mendapatkan nobel fisika memang atheis, namun Feynman mengatakan bahwa dunia barat atau western civilization dibangun oleh dua hal, yaitu peninggalan agama christian tentang ethic dan juga peninggalan atau warisan budaya barat yang saintifik.Dengan demikian, dengan kemajuan sains dan teknologi, menurut saya agama tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena agama melatih kita terhadap kemanusiaan, etika, norma, dan yang terpenting adalah spiritual.
Facebook esiklopedia bebesa Wawan Setiawan