sudah 12 hari sejak Joe pertama kali dibawa ke ruangan ini, terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. ia menderita kanker darah ganas.
aku berdiri terpaku menatap wajahnya, tak tersisa sehelai rambutpun di kepalanya akibat beberapa operasi yang ia jalani.
aku ingat bagaimana dulu Joe sangat bangga dengan rambutnya yg lembut.
ia tampak begitu tenang, jika tanpa dipasangi segala alat-alat medis yang membantunya bertahan hidup, takkan ada seorangpun yang sadar bahwa ia sedang bertarung dengan kematian.
aku melihat pemandangan diluar dari jendela kamar rumah sakit.
tampak beberapa anak sedang berlarian di halaman rumah sakit yang cukup luas. mereka tertawa begitu riang, wajar rasanya jika aku merasa iri. aku hanya menghela nafas berat.
bunyi pintu terbuka membangunkanku dari lamunanku.
ibu berjalan gontai ke sisi ranjang Joe, ia duduk dan melihat Joe dengan pandangan yang sungguh memilukan.
aku hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun.
suaraku seperti tercekat sampai di tenggorokan.
"sudahlah ibu, Joe akan baik-baik saja"
hanya itu yang dapat kukatakan demi menahan air mata ibu, walaupun aku tahu itu tak lebih dari suatu harapan. tapi hal yang paling kubenci di dunia ini adalah melihat ibu menangis.
ibu memegang lembut tangan Joe dan menciumnya perlahan. andai Joe tahu betapa besar kasih sayang ibu padanya.
mendadak ibu terlihat sangat panik, aku menoleh melihat Joe, darah segar mengalir dari kedua lubang hidungnya. ibu bergegas keluar dan tak lama membawa beberapa perawat bersamanya. mereka sibuk mengecek alat-alat yang sungguh aku tidak paham. hanya satu yang aku tahu pasti, garis datar pada elektrokardiograf itu pertanda buruk !
mereka menyuntikkan beberapa jenis cairan dilengan Joe dengan kasar.
aku tak tahu apa yang harus kulakukan, tangis ibu mulai memecah seisi ruang. mereka mencoba segala cara agar Joe kembali menunjukkan tanda kehidupan, namun sepertinya nihil.
Joe tetap diam tak berdaya. seorang dokter membantu melepas alat bantuan pernafasan dari wajah Joe.
ia berkata pada ibu "maaf nyonya"
pelukan ibu menyeruak ke tubuh Joe, ia menangis sejadi-jadinya di dada Joe. semua ini benar-benar membuat hatiku sesak.
aku mencoba memeluk ibu, namun sayang lenganku hanya menembus melewati tubuhnya.
kucoba berkali-kali namun tetap sama saja,
maka kubisikkan sesuatu di telinga ibu "selamat tinggal ibu, terimakasih untuk semua yang kau berikan padaku selama ini"