Kau liburan keluar kota saat akhir minggu. Ketika kau pulang kembali ke apartemen, isi kotak suratmu menumpuk. Kira-kira sekitar 30 surat terjejal disana. Surat-surat itu tak beralamat, beberapa terasa lembab dan agak berat, seperti baru saja basah atau mungkin terdapat cairan didalamnya. Di semua surat itu tertulis nama dan alamatmu, dan kebanyakan namamu tergores dengan warna merah. Baunya tidak sedap, seperti daging basi atau sampah membusuk hingga membuatmu ragu untuk membawa surat-surat tersebut masuk ke dalam apartemen, namun rasa penasaran memenangkan hatimu.
Kau bawa semuanya masuk, lalu kau hempaskan di atas bak cuci dapur, kau tak ingin baunya menyebar ke seluruh ruangan. Kau ambil salah satu yang terlihat kering dan tak penuh coretan pada amplopnya, lalu kau membukanya. Terdapat lembaran foto didalamnya. Foto dari orang-orang yang tak kau kenal, dengan mata mereka tercungkil keluar, gigi yang tak lengkap, rahang patah menganga, leher tergorok. Kengerian hebat menyergapmu seketika, pun begitu kau masih penasaran akan isi dari surat-surat yang lain. Kau buka lebih banyak lagi, dan mendapati foto-foto orang mati didalamnya semakin tampak mengerikan. Timbunan mayat tanpa lengan, ada yang tubuhnya terbelah membuka dan organ-organnya dikeluarkan, ada yang digantung terbalik dengan leher telah sobek lalu dibiarkan mati kehabisan darah. Terdapat bercak darah serta cairan semacamnya di beberapa surat.
Semakin banyak surat yang kau buka, semakin kau menyadari bahwa tak kesemuanya adalah orang asing bagimu. Beberapa dari mereka adalah orang yang pernah kau temui di tempat kerja, dan yang lainnya adalah sesama murid sewaktu kau di SMA. Ketika kau mencapai beberapa surat terakhir, isinya adalah foto-foto tubuh termutilasi dari para sahabat dekat dan anggota keluargamu.
Pada akhirnya tinggal satu surat tersisa. Kau tidak ingin tahu lagi apa isinya, tapi kau tak punya pilihan sekarang. Kau menyobek amplopnya, dan dari dalamnya kau keluarkan sebuah foto. Foto dirimu sendiri. Masih hidup, kedua mata lengkap, tak ada bagian tubuhmu yang buntung. Itu adalah fotomu yang tengah memasuki apartemen hari itu, sesaat sebelum kau membuka kotak suratmu yang penuh dengan surat-surat menjijikan.
Dan ketika kau mendengar sebuah suara entah darimana di dalam apartemenmu, tiba-tiba semuanya menggelap.