Suatu hari, di tengah heningnya malam di bulan September, aku sedang berbaring di ranjangku saat ketika kudengar kenop pintu kamarku hendak dibuka. Resse menyeruak masuk ke ruanganku dengan langkah gontai, baju yang ia kenakan robek disana-sini dan wajahnya penuh luka iris. Hingga kemudian ia jatuh tersungkur kelantai. Segera aku memapahnya dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dengan nafas yang tersendat, Resse berusaha bicara padaku. Ia mencengkeram erat kerah bajuku dan berbisik pelan dengan darah segar yang memenuhi rongga mulutnya.
"Kau... harus... bangun,"
Mataku seketika mengerjap, pandanganku mengabur. Aku tak lagi berada di kamarku, melainkan di sebuah gang sempit dan gelap yang aku tak tahu dimana. Resse tergeletak di hadapanku, bersimbah darah dengan tongkat besi yang menembus tulang rusuknya. Kemudian aku menyadari, pisau kecil yang tengah kugenggam ini, masih meneteskan darah dan berkilau memantulkan remang cahaya bulan. Aku memicingkan mata, di kejauhan, sesosok bayangan hitam tersenyum padaku, menampakkan barisan gigi-gigi runcingnya, serta sepasang mata yang menyala merah.
Aku tak bisa tidur, aku tak boleh tidur. Bagaimanapun juga, aku harus tetap terjaga.
SC : creepypasta