12/03/19

CREEPYPASTA : DARKNESS HORROR STORY

Ini semua berawal setelah kepindahanku ke sebuah rumah baru. Yeah, memang terdengar klise. Tapi percayalah, aku tahu, karena itulah yang terjadi. Aku tak pernah mengalami kejadian yang berbau supranatural sebelumnya, dan walaupun aku tertarik, aku tidak berharap untuk benar-benar mengalaminya.

Aku mampu pindah ke rumah tersebut karena harga sewanya yang cukup murah. Maklum, rumah itu sudah usang dan terletak di lingkungan yang tidak terlalu elit jadi aku merasa cukup beruntung bisa menempatinya. Setelah masalah perpindahan selesai, untuk sementara keadaan berjalan baik-baik saja.

Aku tak ingat kapan pastinya peristiwa ini dimulai karena pada awalnya tak terlalu kentara. Aku selalu meninggalkan dapur ataupun kamar mandi dengan lampu menyala, namun saat aku kembali aku mendapati lampunya mati. Sejujurnya, aku mengira kalau mungkin aku lupa bahwa sudah mematikannya. Tetapi karena hal ini terus berlangsung untuk beberapa lama, aku mulai merasa penasaran, maka suatu kali aku sengaja membiarkan lampu-lampu di rumah tetap menyala. Kadang, tak ada yang terjadi. Kadang, saat aku kembali lampunya sudah mati. Hingga, aku pun mulai sadar bahwa ada sesuatu yang tak beres di rumah ini. Bukannya takut, aku cuma agak bingung. Aku menduga mungkin kelistrikan di rumahku konslet atau semacamnya.

Kemudian sejak saat itu aku mulai sering membiarkan semua lampu tetap menyala (yang mana menyebabkan tagihan listrikku jadi bengkak). Dengan harapan dapat mengetahui sebab musababnya mengapa lampu-lampu dirumahku terkadang bisa mati sendiri. Dan itulah permulaan ketika keadaan mulai berlanjut ke tahap yang lebih parah.


Aku ingat untuk pertama kalinya suatu hal gila terjadi adalah saat aku terlelap tidur dan membiarkan lampu dapur dan ruang tengah menyala. Mendadak aku terbangun oleh suara geraman berat dan nyaring berasal dari dapur. Disini ambang pintu kamarku terletak persis di depan lorong koridor menuju ruang tengah yang terhubung dengan dapur. Aku pun segera terperanjat bangun karena mengira rumahku dimasuki binatang atau entah apapun itu. Aku memfokuskan pandangan ke lorong koridor menuju ruang tengah dan melihat cahaya lampu dapur meredup. Seseorang baru saja mematikan lampunya. Sesaat kemudian terdengar lagi suara geraman pelan, namun kali ini berasal dari ruang tengah dan hampir saja aku berteriak kencang ketika kulihat sesosok makhluk melesat maju ke arahku melewati separuh lorong koridor lalu tiba-tiba lampu ruang tengah mati dengan sendirinya. Aku tak dapat menerangkan secara detil makhluk apakah yang kusaksikan malam itu. Dia hanya tampak seperti bayangan hitam atau semacamnya. Namun hal itu tidaklah penting. Yang pasti adalah aku sangat panik setengah mati. Aku segera melompat turun dari ranjang untuk menyalakan lampu, bersiap menghadapi makhluk apapun itu yang akan datang memasuki kamarku. Tak ada. Hanya aku sendirian. Aku pun menghela nafas lega, kemudian berjalan pelan menyusuri lorong koridor menuju ruang tengah. Setelah tiba di ruang tengah, langsung saja kunyalakan lampunya. Lagi - lagi kosong. Selanjutnya ruang dapur, dan sama saja, tak ada siapapun disana!

Aku mulai berpikir bahwa mungkin aku hanya bermimpi setelah itu aku hendak mematikan lampu dapur dan terhenti. Aku sadar, aku ini adalah pria dewasa, namun saat itu, aku benar-benar takut untuk mematikan lampunya. Dan aku akui, malam itu aku tidur dengan membiarkan seluruh lampu rumah dalam keadaan menyala.

Itu adalah tindakan yang salah.

Saat aku terbangun pagi harinya, aku mendapati semua lampu mati lagi. Aku pun segera memaksa diriku beranjak dari tempat tidur meski mata perih dan badanku mendadak terasa sakit. Ku tarik kausku lepas dan kulihat bekas luka merah memanjang di kaki serta lenganku. Tampaknya semalam ada yang mencakarku. Hal itu membuatku panik bukan main namun tak sepanik ketika aku menyaksikan apa yang terjadi.

Semua bohlam lampu di rumahku pecah.

Semua lampu yang kunyalakan semalam telah hancur, terguling dan remuk. Nafasku tercekat di tenggorokan sembari aku memandang ke sekililing. Keadaan sungguh kacau balau di sini. Dan ada sesuatu yang sepertinya berusaha... melakukan sesuatu padaku. Maka hari itu aku tak masuk kerja untuk segera mengganti semua lampu yang rusak.

Aku tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Terpikir olehku untuk pindah saja akan tetapi walaupun aku tahu ini mungkin terdengar tolol, namun tempat ini adalah rumahku. Ini untuk pertama kalinya aku jauh dari sanak keluarga dan sekali lagi, ini RUMAHKU sendiri. Aku tak ingin menyerah. Maka akupun memutuskan untuk... tetap tinggal.

Meski keadaan malah jadi semakin buruk.

Walau aku mulai takut akan kegelapan, aku tak pernah bisa tidur di malam hari dengan lampu kamar menyala. Namun aku tetap menyalakan lampu-lampu di ruangan lain seperti di koridor dan ruang tengah agar cahayanya cukup untuk dapat menerangi bagian dalam kamarku yang redup. Dan hampir setiap malam aku akan terbangun oleh suara sesuatu yang menggeram dan mendengus dari ruang tengah lalu kemudian lampunya akan mati dengan sendirinya. Aku tak mau pergi memeriksa, karena aku terlalu takut untuk berada seruangan bersama makhluk apapun itu di dalam sana. Jadi aku hanya meringkuk di ranjang sambil terus berdoa supaya makhluk itu jangan pernah masuk ke kamarku.

Suatu malam, setelah keadaan ini terus-menerus terulang, aku mulai muak dibuatnya. Aku membeli sebuah pistol kemudian kunyalakan setiap lampu di rumah. Aku duduk diam di ruang tengah dengan pistol di pangkuan dan tongkat kasti tersandar di sisi. Lalu aku menunggu. Awalnya tak terjadi apa-apa. Namun sekitar jam 2 dini hari, aku mulai mendengarnya. Anehnya suara itu berasal dari belakangku. Aku berbalik dan mengintip ke arah koridor yang menuju kamarku, dan aku dapat mendengar suara geraman yang sudah tidak asing bagiku. Aku menelan ludah, mengenggam erat pistolku dengan satu tangan dan tongkat kasti di tangan lainnya lalu berjalan mengendap-endap untuk melihat lebih jelas keadaan kamarku dari ruang tengah. Ketika aku dapat melihat ranjangku, aku mendengar suara GUBRAK! yang disusul oleh geraman buas. Itu cukup membuatku yang seorang pria pemberani ini terlonjak mundur. Aku ingin mengakhiri ini semua, tapi Ya Tuhan, aku sungguh tak mau berhadapan dengan makhluk itu! Aku dapat mendengar suara cabikan dan bantingan, tapi entah bagaimana, aku juga mendengar bebunyian samar seperti "klik" dari sepenjuru rumah. Lalu kemudian, sunyi. Perlahan aku bangkit untuk mengintip dari koridor, dan kulihat lampunya mati lagi dengan sendirinya. Kutarik nafas dalam-dalam, melangkah maju dengan pistol teracung ke depan. Ketika aku memasuki kamarku dan menyalakan kembali lampunya, aku langsung terperangah.

Ranjangku tampak caruk-maruk dan sobek di sana-sini. Seolah habis di terkam hewan buas dan di cabik-cabij sampai hancur. Entah berapa lama aku hanya berdiri disana, diam terpaku menatap sisa-sisa ranjangku. Namun aku kembali dikejutkan oleh suara geraman yang berasal dari balik punggungku, hingga dengan sigap aku berbalik. Dan disana, berdiri di ambang pintu, dekat dengan tombol lampu, akhirnya akupun melihat sosoknya.

Dia laki-laki, pucat, tubuhnya membusuk dengan koyak disana-sini bagaikan mainan yang habis dikunyah anjing dan ia menatap nanar padaku. Aku terlalu shock untuk mengangkat pistol. Ia hanya menatapku selama beberapa saat kemudian ia... mematikan lampu kamarku.

Aku menjerit seperti wanita, aku bahkan tak malu lagi untuk mengakuinya. Aku menjerit dan lari. Aku tak perduli dimana... pria... itu tengah berdiri, aku hanya berlari melewatinya sambil kesetanan mengayunkan tongkat kastiku ke segala arah seperti orang gila. Aku hampir saja melubangi dinding koridorku ketika tengah pontang panting berlari menuju nyala lampu di koridor. Aku menengok, dan kulihat ia sudah berada dekat dengan tombol lampu koridor. Dia kemudian mematikannya.

Dan pada saat itu juga, aku mengurungkan niatku untuk melawan. Aku hanya ingin selamat.

Aku berlari kencang melewati ruang tengah menuju terangnya ruang dapur. Aku mendengar suara geraman dan cakaran dari sekelilingku dan aku tahu dia semakin dekat. Lalu kulihat sosok busuknya yang meliuk-liuk kembali muncul untuk kemudian menekan tombol lampu ruang dapur dengan jari jemari rusaknya dan menjebakku dalam kegelapan total yang mencekam.

Aku melarikan diri ke ruang tengah. Ini akan menjadi benteng terakhirku. Aku harus melawan di sana. Aku beringsut sedekat mungkin ke lampu meja yang masih menyala yang mana adalah pertahanan terakhirku. Aku benci gelap, jadi aku tetap di sana. Persis di samping lampu meja yang cahayanya menentramkan. Aku menunggu lampu itu mati... namun itu tak terjadi. Aku menengok ke sekeliling dan... semuanya sunyi. Tak ada apapun, hanya kesunyian.

Akupun menoleh dengan penuh rasa syukur kearah lampu mejaku yang telah menyelamatkanku. Aku tertawa, tawa yang gila tapi MELEGAKAN dan aku berpikir bahwa akhirnya aku akan baik-baik saja. Aku menjorokkan tubuh lebih dekat ke lampu, dan aku bahkan hampir memeluk benda itu.

Hingga aku melihatnya.

Aku mendengar suara geramannya terlebih dulu yang mana bukan berasal dari belakangku melainkan dari lampu di hadapanku! Mataku melebar menatap lampu itu yang cahayanya kian silau. Aku terlonjak mundur, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi sepertinya aku tersandung oleh sesuatu. Yang aku tahu, aku sudah dalam posisi terlentang dengan wajah menatap ke atas, kearah terangnya lampu, serta cahayanya yang semakin menyilaukan. Aku tak lagi merasa nyaman berada di dekatnya. Terasa panas, berat, dan begitu terang... seolah akan membakar habis diriku.

Dan puncaknya, makhluk itu muncul.

Aku tak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan makhluk yang muncul dari terangnya cahaya lampu itu. Dia memancarkan aura mengancam, buas dan dipenuhi kebencian. Aku tahu bahwa aku takkan pernah bisa melupakan tatapan matanya. Yang terang, panas dan pucat... bak dua lingkaran menyala yang memancarkan kejahatan. Makhluk ini membenci semua yang ada pada diriku. Dan tidak hanya itu. Dia membenci kita semua. Seluruh manusia yang ada di muka bumi. Tapi dia terjebak di rumah ini. Dan aku yakin ia akan menghabisiku tanpa ampun. Aku tak tahu bagaimana aku bisa sangat yakin... tapi memang itulah yang kurasakan. Aku hanya meringkuk mempersiapkan diri menyambut ajal menyakitkan. Lalu "KLIK!", lampunya seketika padam.

Dan sekali lagi, aku dilingkupi kegelapan. Terasa manis, sunyi, dan menenangkan. Untuk beberapa lama aku masih diam terlentang di lantai, membiarkan mataku beradaptasi sembari menatap lekat pada tempat lampu mejaku berada sebelumnya. Setelah beberapa detik berlalu, akhirnya aku dapat menangkap sosok hancur pria itu berdiri di samping lampu, salah satu tangannya yang tercabik teracung pada tombol lampu seraya ia menoleh ke arahku. Aku pun mulai paham. Aku akhirnya mengerti apa arti semua ini. Segala yang telah terjadi. Lalu ia menarik tangannya dan menunjuk ke arah tombol lampu dengan jari telunjuknya yang koyak sambil menatapku. Akupun hanya mengangguk.

Selama ini, bukan dia yang hendak menyerangku. Malahan, dalam setiap kesempatan, ia berusaha melindungiku. Makhluk itu hanya bisa muncul bila ada cahaya. Dan hantu pria ini berusaha menyelamatkanku. Ia tak ingin membiarkan orang lain mengalami hal yang dulu ia alami.

Aku segera pindah keesokan harinya, tanpa menoleh kebelakang lagi. Entah makhluk apapun itu, ia terkurung di dalam rumah tersebut, dan, sejauh ini, tak ada lagi yang menyerangku dari dalam sumber cahaya lain. Namun makhluk itu terus bersemayam dalam ingatanku. Setiap malam, di apartemenku yang baru, aku selalu membiasakan diri berkeliling ke setiap ruangan, memastikan kalau semua lampu sudah mati, setiap gorden tertutup, dan menempatkan diriku dalam kegelapan pekat yang tenang, sunyi serta menentramkan.