Aku baru saja mendapatkan Surat Izin Mengemudiku beberapa hari yang lalu dan seperti semua remaja lain seusiaku, aku merasa lebih dari gembira karena akhirnya aku dapat mengemudi mobil sendiri.
Sejak aku adalah orang yang pertama dari teman temanku yang mendapatkan SIM, aku langsung menjadi sang supir saat kami pergi bersama.
Kami tau bahwa membawa orang yang berusia di bawah 20 tahun saat mengemudi tidak diperbolehkan untuk beberapa bulan pertama, tetapi kami semua sangat gembira saat tau salah satu dari kami akhirnya mendapat SIM, jadi semalam kami memutuskan untuk melanggar peraturan itu.
Aku menjemput beberapa temanku dan kami pun hang out ke sebuah mall untuk beberapa jam, kemudian kami pergi ke bioskop.
Setelah semua kegiatan itu usai, aku mengantar pulang mereka satu persatu ke rumah mereka masing masing dan mulai beranjak pulang.
Jendela mobilku terbuka, pemanas suhu masih menyala dan lagu favoritku diputar berulang ulang.
Aku merasa seperti sedang berada di atas segalanya.
Aku mendapatkan pesan singkat dari temanku yang memberitahu ku tentang begitu irinya dia karena aku telah mendapat SIM, sedangkan dia belum.
Aku mulai mengetik pesan balasanku, ketika entah darimana, seekor anjing berlari di depan mobilku.
Anjing itu mendengking sebelum aku menabraknya dengan mobilku.
Aku menginjak rem sekuat tenaga dan kuhentikan mobilku ditengah jalan.
Jantungku berdebar sangat kencang setelah kutabrak anjing itu.
Kupikir mungkin anjing itu akan baik baik saja, mungkin aku tidak mengenainya sekeras suara yang tadi terdengar.
Aku salah.
Aku telah melindasnya.
Roda mobilku telah merobek tubuhnya hingga terbelah dua.
Organ dalam yang terpisah dari kedua paruh badan berceceran ke jalanan.
Lututku mulai bergetar saat aku berlutut untuk mengecek kalung yang terpasang pada anjing itu.
Itu adalah anjing peliharaan tetanggaku.
Mereka tinggal sejauh 1 blok dari rumahku.
Diriku pun mulai tersedu sedu saat kukumpulkan kedua paruh jasad anjing itu dan membungkusnya dengan jaketku.
Aku menaruhnya ke dalam bagasiku dan pergi ke rumah tetanggaku.
Aku duduk di luar rumah tetanggaku dengan perasaan gelisah selama kira kira 1 jam lamanya.
Aku tau jika aku memberitau mereka apa yang telah terjadi, aku akan berada dalam masalah besar dan akan kehilangan SIM ku.
Aku tidak bisa melakukan itu.
Aku masih membutuhkan SIM ku.
Aku masih membutuhkan kebebasan baru ini.
Aku pun menaruh jaketku yang berisi jasad anjing itu di beranda rumah tetanggaku dan berlari kembali ke mobilku.
Aku tidak mempunyai garasi, jadi kuparkir mobilku di jalan di depan rumahku, dan berjalan balik ke pintu depan rumah mereka.
Kubunyikan bel pada rumah itu dan berlari kembali ke rumahku.
Aku dapat mendengar mereka berteriak dari 1 blok jauhnya.
Secepat saat aku pulang, aku langsung masuk ke kamarku dan meringkup diatas kasur.
Mungkin ini hanyalah sebuah mimpi buruk.
Mungkin disaat aku terbangun, semuanya akan baik baik saja.
Bel rumah ku berbunyi, diikuti teriakan ibuku, yang membangunkanku dari tidur pada pagi harinya.
Aku pun berlari ke lantai bawah dan melihat ibuku sedang berada di dekapan ayahku.
Ibuku berteriak dan menangis, itu adalah tangisan ibu yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
Pintu depan rumahku sedikit terbuka.
Ayahku mencoba untuk menahanku disaat aku melewati mereka untuk membuka pintu depan.
Disana, di beranda rumahku,dengan dua bagian yang terpisah, adalah adik perempuan ku.
Tetesan air mata mulai membasahi pipiku disaat ku berlutut di depannya.
Keadaanya terlihat sama seperti keadaan anjing itu.
Bekas terlindas mobil.
Terbelah menjadi dua.
Terbungkus di dalam jaketku.
Kerumunan warga mulai berkumpul pada saat itu.
Aku pun berdiri dan melihat tetanggaku dari 1 blok jauhnya berdiri disana dengan orang lain.
Dia pun melambaikan tangannya saat melihatku.
Dengan senyuman lebar di wajahnya...