02/03/19

She and Me [ Creepypasta ] ごめん

Aku suka pergi ke warnet. Tidak lain hanya untuk sekedar online facebook, twitter, maupun main games. Hanya beberapa kali alasanku ke warnet untuk mengerjakan tugas sekolah. Aku punya komputer dirumah. Tapi, jika kalian tahu betapa menyebalkannya komputer dirumahku, kalian juga pasti enggan menggunakannya.

Malam ini juga sama. Aku merasa bosan dirumah. Penat dengan situasi di rumah, aku ingin pergi ke warnet. Aku selalu suka memilih bilik paling ujung, walau terkadang aku tak mendapatkannya karena ada yang menempatinya terlebih dahulu.

Kubuka akun facebook hanya berisi postingan-postingan biasa, Begitu pula juga dengan twitter. Aku langsung bermain game saja, dari pada tidak ada yang ku lakukan.

Dua jam berlalu tak terasa sudah pukul 21.00. Aku pulang ke rumah dengan rasa kantuk dan berencana ingin segera tidur begitu sampai rumah.

Namun, yang terjadi justru hal yang menyebalkan.

Aku melihat ibuku sedang berada dikamarku sambil menonton televisi. Dia mulai mengoceh panjang lebar dan memarahiku-seperti biasa.

“Kau sudah punya komputer dirumah. Untuk apa kau pergi kewarnet lagi ?”

Aku tidak menjawab pertanyaan ibuku. Hampir setiap kali ibuku marah, aku tak pernah meladeni perkataannya. Lalu dia kembali bicara. “aku ini ibumu, dengarkan nasihatku. Apa kau tidak takut menjadi anak yang terkutuk jika tak mendengarkan ibumu ini ?!”

Andai kalian tahu, aku sudah bosan mendengarkan celotehnya yang seperti itu.

“Kau kan juga belum makan. Bagaimana jika kau sakit? Ke dokter kan butuh biaya. Bagaimana jika biayanya terlalu mahal? Kau selalu punya perilaku yang merepotkan orang rumah.”

“Aku merawatmu dengan susah payah. Tak bisakah kau menghargaiku sedikit saja” .

Apa seorang anak harus menghargai ibunya ? Bagaimana jika perilaku ibunya yang membuat sang anak menjadi seperti ini. Mengoceh tiap hari, selalu berbicara kasar. Siapa yang tahan berada dirumah dengan kondisi seperti itu. Terlebih lagi, sang ayah hanya bisa berdiam diri.

“Lantas kau ingin aku melakukan apa ibu?” tanyaku

“Aarrrgh sudahlah. Memiliki anak merepotkan sepertimu mungkin sudah menjadi takdirku.” Ucap ibuku seraya pergi dan membanting pintu kamarku.

Aku tidak paham seperti apa hidup yang seharusnya. Mengapa kami para anak harus menghormati seorang ibu, padahal tidak semua ibu menyayangi anaknya dengan benar. Aku sudah hidup selama 16 tahun, dan tidak pernah benar-benar merasa disayangi ataupun dihargai. Aku hanya melihat sosok ibu yang lemah lembut di sinetron yang aku saksikan ditelevisi.

Kenapa surga Tuhan yang indah terletak pada tatapan bahagia seorang wanita yang disebut ibu? Padahal tidak semua ibu baik. Kalian pernahkan melihat berita tentang ibu yang menyiksa anaknya? Aku jadi berpikir bahwa anak yang membunuh ibunya itu mungkin punya alasan yang jelas dan sudah memendam sakit sejak lama.

***

Pukul 21.30 aku memutuskan untuk kembali ke warnet sambil membawa sebuah pisau lipat yang pernah aku beli saat mau berkemah. Beruntung, bilik paling ujung sedang kosong lebih tepatnya, sedang tidak ada pengunjung. Penjaga warnet mengingatkan padaku bahwa ia akan menutup warnet pada pukul 23.00.

***

Untuk penjaga warnet yang menemukan mayatku

maaf karena perbuatanku membuat bilik warnetmu ini kotor dengan darahku.

Ceritaku ini masih terpampang dilayar komputermu kan ? tolong jangan dihapus ya.

Ceritakan kisah yang aku buat ini pada ibuku.

Bilang padanya, bahwa aku sudah pergi dan tidak akan menyusahkannya lagi.

Mungkin lebih baik aku segera bertemu dengan murka Tuhan,

dari pada harus mendengarnya marah-marah setiap saat.


Maya Sari