02/03/19

CREEPYPASTA : [ AEP Series ] Creepypasta Indonesia



Milk in The Bowl  Creepypasta Indonesia

Aku sering melihat tetanggaku—Ibu Hops—menaruh semangkuk susu di depan rumahnya setiap pagi, dan masuk ke rumahnya tanpa memastikan ada yang meminumnya.

Biasanya mangkuk itu diminum oleh hewan yang lewat—yang entah kenapa selalu berbeda setiap harinya. Bila itu hewan dari rumah Ibu Hops, pasti selalu berbeda, dan susunya habis diminum di malam hari.

Tentu saja karena Ibu Hops terkenal sebagai pecinta hewan, aku tak butuh curiga.

Suatu saat, seorang pengemis yang sering melewati jalan ini menyadari mangkuk yang berisi susu meski pada malam hari dan meminumnya. Kucermati dia, yang dari bertubuh lemas hingga kejang-kejang tak karuan.

Secepatnya aku berlari ke pengemis tersebut yang terlihat sudah mulai melemah dan membawanya ke ruang makan rumahku untuk diberikan obat penenang, dan menyanggakan badannya ke sofa.

Kecurigaan mulai terbesit di otakku, dan dengan cepat aku berlari ke rumah Ibu Hops dan mendobrak pintunya dengan keras.

Aku melihat ruangan penuh bangkai hewan dan alat-alat tajam tersangga ke dinding, membuatku ingin muntah. Dan jangan lupa, Ibu Hops yang sedang minum susu dalam mangkuk di samping bangkai anjing yang perutnya terbelah dan mengeluarkan darah beserta susu.

"Oh, Pak Kane, apa yang terjadi?"

"Kau meracuni seorang pengemis. Aku tahu aku harus mencurigaimu."

"Tapi kau tahu, aku pecinta hewan…."

"Dan aku pecinta manusia. Tepati janjimu."

Lalu keadaan pun diam.

"Kau bisa urus pengemisnya. Aku berjanji tak akan melukai mereka."

"Sampai aku tahu kau menyentuh mangsaku, aku tak akan segan-segan...."

Seketika aku menutup pintu rumahnya.

Berjanji dengan penyihir sepertinya memang mengesalkan, tapi tak apa.

Memikirkan kecurigaan itu memang melelahkan. Aku harus istirahat dan makan malam, lagi pula diriku sudah diberikan bahan makanan gratis.




***

My Idol Creepypasta Indonesia

Tepat pukul 12 malam. Saatnya untuk tidur. Merilekskan otot-otot yang tegang karena sudah berjam-jam aku duduk didepan layar komputerku untuk mencari info dan cerita tentang idolaku. Jeff the Killer.

Aneh memang tapi itulah aku. Di luar sana orang-orang lebih suka mengidolakan sesuatu yang berbau kimchi atau apapun itu namanya. Tapi tidak denganku.

Saat mata ini terlelap. Tubuh ini seakan melayang ke dalam mimpi.

Di sana aku melihat dia, Jeff the Killer. Dia sedang melihatku dari balik jendela kamarku. Dengan pelan dia menghampiriku dan berkata, "Go to sleep," sambil memberiku senyum khasnya.

Aku tersentak saat dia melompat keatas kasurku dan berusaha untuk membunuhku.

Akupun terbangun dan berteriak sekencang-kencangnya. Walaupun dia idolaku tapi ada sedikit rasa takut yang kurasakan.

Kakakku datang dan memelukku seraya menanyai keadaanku. Setelah kuceritakan semua yang terjadi padanya dia memberiku susu coklat hangat kepadaku.

"Minumlah, biar kamu lebih tenang!"

Setelah menghabiskannya akupun menyanggakan kepalaku dipundaknya dan mengucapkan terima kasih.

Setelah dia pergi kurasakan tubuhku mulai lemas tak bertenaga. Mungkin karena susu itu aku jadi lebih rileks.

Namun baru beberapa menit aku memejamkan mataku. Kurasakan perih disekujur tubuhku. Begitu takutnya aku saat mata ini terbuka dan melihat kakakku menindihku sambil menguliti dan mengiris dadaku hingga robek.

Ingin berteriak tapi tubuhku masih terasa lemas, dan aku baru sadar apa penyebabnya.

Aku hanya bisa menangis dan meringis kesakitan. Sesekali aku mengeluarkan suara tercekat yang panjang.

Kakakku hanya tersenyum padaku. Tersenyum dengan gaya khas idolaku seraya berkata,
"Go to sleep."

***

Hide and Seek Creepypasta Indonesia

"Ding-dong... hurry, open the door... I have come for you... trying to hide from me is futile...."

Aku terhenyak, lagi-lagi alunan lirih menyesakkan itu kembali terdengar. Aku tak menyangka semuanya jadi begini, semenjak 'permainan' yang aku dan kelima sahabatku lakukan setengah jam yang lalu, berubah menjadi bencana seperti ini.

Aku masih mengingat dengan jelas sesosok makhluk yang muncul dari papan permainan kami dan langsung melahap salah satu teman kami yang berada paling dekat dengan papan permainan. Makhluk itu membuat masing-masing dari kami langsung berpencar, hingga membuatku terkurung disebuah ruangan pengap ini.

"KYAAAAAAAA!!!" jeritan salah seorang temanku diluar membuat kakiku mendadak lemas, dan membuatku langsung terduduk. Akupun mundur perlahan dari pintu yang ada didepanku, berharap hari akan segera pagi.

Mataku pun tak kunjung berhenti memelototi pintu putih susu yang kusam tersebut, saat…
"Tap... sreekk... sreekk...."

Mendadak otakku membuat suatu keputusan yang berat segera setelah suara langkah sambil menyeret sesuatu itu terdengar.

Mati dikunyah makhluk ini… atau mengakhiri diri sendiri sekarang.

Akupun memejamkan mataku dan menggeleng-geleng ketika otakku memilih keputusan kedua. Masing-masing sisi diriku menyanggah satu sama lain.

Bagaimanapun, aku takut mati, aku masih ingin hidup dan menikah, Bung!

Tapi... daripada aku harus merasakan lenganku perlahan dikunyah olehnya, lalu tubuhku perlahan dicabik olehnya, rasa sakit mengakhiri hidup sendiri itu takkan ada apa-apanya, sakitnya hanya sekejap.

Ah, bagus, mataku, kau menemukan sesuatu yang membuat otakku lebih yakin akan pilihan kedua, selamat untukmu!

"DOK DOK DOK! I know you're there, dear...." Pintu didepanku mendadak digedor secara liar, bersama sebuah suara serak yang semakin menggetarkan seluruh tubuhku.

Akupun menatap pecahan kaca yang tak berapa jauh dari tangan kiriku, oh god, haruskan hidupku berakhir tragis seperti ini?

"BRAKK!!"

sekejap, pintu didepanku pun hancur oleh kuku makhluk itu. Kini bisa terlihat dengan jelas wujud makhluk itu dari ujung kepala sampai kaki—sesosok perempuan berambut krem kusam bergelombang yang diikat twintail dengan seluruh tubuhnya penuh bercak darah—tampak tertawa seperti orang gila sambil berjalan kearahku dan lagi-lagi menggumamkan lagu menyesakkan itu dengan lirih.

"Ding-dong... I am coming in now... hurry up and run... let us play chase and have fun together... And, I got you!!!"

Akupun refleks menyilangkan kedua tanganku dan menutup mataku. Masih begitu jelas di ingatanku ketika makhluk ini perlahan mengiris permukaan kulit temanku, lalu menggigitnya bagaikan makan daging kalkun yang alot, darah bercipratan kemana-mana, perlahan dia mencabik tubuh temanku itu dan tertawa seperti orang gila, kemudian menghisap isi perut temanku bagaikan menghisap spagheti.

Kurasa... Hidupku juga akan berakhir dengan cara seperti itu. Baiklah, otak, kau menang. Sekarang pilihan pertama itu yang menang. Aku akan segera dicabik-cabik oleh makhluk ini.

Dan tragis, aku tak bisa mewujudkan impianku untuk menikah.




***
Sleep Paralyze Creepypasta Indonesia

Pernah mendengar Sleep Paralyze? Saat kalian terbangun dari tidur tapi tidak bisa menggerakan tubuh kalian sedikitpun, itulah yang medis katakan. Di dunia ini, ada beberapa penjelasan tentang Sleep Paralyze, seperti malaikat maut yang akan mengambil nyawa yang sedang tertidur, atau kalian sedang di perkosa iblis... temanku pernah mengalaminya, dan dia mengatakan itu sangat mengerikan. Dia pindah dari kota dan tinggal bersama kakeknya di desa. Menurutnya, jika seseorang terkena Sleep Paralyze—apapun yang menyebabkannya akan mengikuti kemanapun orang itu pergi dan akan melakukannya lagi jika ada kesempatan.

Temanku berkata jika disebabkan oleh malaikat maut, setidaknya dia bisa beristirahat dengan tenang tanpa ada media yang mengetahui ini. Dia berkata jika aku mengalaminya, aku harus terbangun—apapun yang terjadi—jika tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Manusia sangat aneh, aku tidak percaya dengan hal bodoh itu, lagipula, dunia medis mengatakan Sleep Paralyze akan hilang jika tetap tenang.

Malam ini aku begadang untuk memainkan game kesukaanku… Mengalahkan para player bodoh itu sambil bersangga pada kursi membuatku bosan, ingin rasanya berbaring. Karena telalu lemas, aku malas meminum susu sebelum tidur, kutinggalkan saja di meja.

Saat tertidur ada sesuatu yang terasa menindih dadaku, aku tidak peduli karena aku punya adik yang usil. Namun aku tersadar, bahwa adikku tak pernah terbangun tengah malam. Aku sadar sambil berbaring dan melihat gelas susu di meja terjatuh tanpa tahu penyebabnya.

Saat aku ingin bangun... sekelilingku terlihat sangat gelap! Aku melihat sosok hitam yang sedang menuju kemari. Kupastikan aku tidak sedang bermimpi. Astaga! Apa yang terjadi? Tubuhku tak bisa di gerakan… nafasku tidak teratur. Aku sudah melakukan semua cara agar bisa terbangun, tapi ini percuma. Aku teringat bahwa ini akan kembali normal jika aku tetap tenang. Dan ya, ini ternyata benar!

Akhirnya aku bisa terbangun dengan normal... tapi kenapa aku terbangun di tempat ini? Semua orang memakai piyama. aku melihat mahluk aneh yang sedang menyiksa manusia! Dan aku melihat banyak prajurit yang tak pernah kulihat sebelumnya. Apakah mereka bersiap untuk perang? Aku melihat temanku berbicara sesuatu yang tidak ku mengerti. “Ternyata para medis tidak lebih dari penyembah yang memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.”

***

Bara Creepypasta Indonesia

Ruangan ini masih berbau peluh. Ada noda basah tertinggal di ranjang tempatku meringkuk kini, seolah saksi gelinjang asmara liar yang terjadi tadi. Bara belum bergerak, masih duduk lemas bersandar dinding. Di bawah keremangan.

Satu-satunya sumber penerangan dalam ruangan ini berasal dari lampu dekoratif yang terletak di atas meja. Sinarnya mencakup seluruh ranjang dan memantul di sebagian dinding bernuansa coklat karamel di belakangku. Kendati masih gelap untuk melihat keseluruhan sudut double deluxe room ini dengan jelas, aku dapat merasakan sensasi hangat dan nyaman yang ditimbulkan dari sisi sugestif warna tersebut.

Sekeras apapun usahaku menahan bibir agar tetap rapat mengatup, lenguhan pelan dan konstan tetap saja berhasil meluncur keluar. Gagal kutahan. Kadang berupa rintih, nyaring dan melengking, seperti seekor anjing peking. Itu saat Bara memegangi kedua pergelangan kakiku dan membukanya lebar-lebar, lalu melakukan penetrasi. Pundaknya terasa licin oleh keringat ketika kucakar. Dan ia seolah tak merasakan sakit sama sekali. Mendekati puncak nikmat, Bara hanya tampak makin beringas.

"Munafik," desisnya. Pelan, namun seperti sengaja agar tetap bisa kudengar.

"Aku sungguh benci kamu."

"Mulutmu menolak, tapi sorot matamu ganas."

Aku memalingkan wajah. Menarik selimut lebih ke atas.

"Kamu bahkan mengimbangi gerakanku."

Gelas berisi susu itu pecah berserak seketika menghantam dinding. Melenceng beberapa inci dari wajah Bara. Serpihan-serpihan kaca melesat ke arah sembarang. Dan anehnya ia tak berusaha mengelak barang selangkah. Masih geming di tempat.

"Biasanya lebih baik." ia terkekeh mengejek. Membuatku tambah benci.

"Aku meleset," kataku menyanggah.

"Kamu sengaja. Kamu nggak tega."

"Persetan. Aku muak."

Sebaris cairan merah meleleh di muka Bara. Darah. Rupanya sekeping kaca berhasil merobek otot pipinya.

"Aku takut melahirkan cacat."

"Penakut mati berkali-kali sebelum kematian mereka yang sebenarnya. Sedang pemberani hanya sekali." Bara bangkit berdiri dan melangkah mendekatiku. "Aku selalu tahu kamu tipe yang kedua."

"Tapi terlalu beresiko."

"Aku tak pernah mendengar ada kisah roman yang jalannya lurus-lurus saja. Lagipula, sejak kapan cinta tak butuh pengorbanan?"

Aku tersenyum. Bara memandangku yakin.

"Ini rahasia kecil kita. Jangan sampai Ayah atau Ibu tahu."




sc :Lucifer creepypasta indonesia