02/03/19

CREEPY PASTA : Delivery - FF Creepypasta Indonesia

Sudah bertahun-tahun lamanya aku bekerja di perusahaan ini, tapi sesuatu yang tidak menyenangkan baru-baru saja terjadi. Ide yang telah kurancang untuk presentasi telah dicuri oleh rekan sekantorku.
Aku yang menyadari hal itu jelas kaget. Bagaimana bisa-bisanya dia melakukan perbuatan semacam itu? Kupikir semua ini hanya untuk jabatan dan mempertahankan karir. Saat kucoba untuk meluruskan segalanya, dia menyanggah. Singkatnya, dia menang dan aku kalah.

Aku dipecat oleh karena hal itu. Berjalan dengan lemas melewati koridor. Aku marah, aku benci, ingin sekali aku menghajarnya sekedar memberikan pelajaran untuk orang brengsek seperti dia.
Cepat atau lambat, hari pembalasan akan tiba pada waktunya. Saat ini, lebih baik membiarkan seorang pemenang berpikir dia menang mutlak. Mungkin dia licik, tapi aku lebih cerdik darinya.

***

Setahun berlalu. Aku masih ingat beberapa bulan sebelumnya, aku seorang pengangguran yang mencoba bertahan hidup dengan sisa tabungan. Sekarang aku bekerja sebagai pengantar susu. Sebagai orang baru, aku masih mencoba menghapal rumah-rumah di jalan mana saja yang menjadi langganan kami.

Saat membaca daftar pelanggan, mataku membelalak, tanganku mengepal, emosiku menjadi tidak stabil. Ini semua bagaikan lumpur di dasar kolam yang terangkat kembali ke permukaan. Salah satu nama yang berada di daftar itu begitu kuingat sampai mati.

Aku turun dari kendaraan dan berjalan menapaki halaman rumah. Menggantikan botol-botol kosong yang tergeletak di depan pintu, menggantinya dengan yang berisi. Kemudian melangkah pergi dari sana, rumah yang dulunya pernah kuinjak saat sebutan rekan dan teman masih berlaku.

Kupikir beberapa tetes racun cukup untuk membalas semua amarah di masa lalu. Jadi, silahkan nikmati pesanan kematianmu.

***

Keesokannya, aku menatap koran dengan senyum sumringah. Semua yang kuharapkan benar-benar terjadi. Namun, aku sedikit kecewa. Sebab targetku bukan mati keracunan, melainkan dia dibunuh oleh perampok yang memasuki rumahnya. Well, tidak masalah. Yang penting dia tetap mati.

Saat seseorang mencapai puncak kehidupannya, maka dia lebih berharga berkali-kali lipat untuk dibunuh.


SC : Chandra Wu